Sapardi Djoko Damono, lahir 20 Maret 1940 di Solo. Menyelesaikan studi di jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM.
Kumpulan sajaknya antara lain: DukaMu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), Perahu Kertas (1983), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1999), dan Ayat-Ayat Api (2000).
Sapardi adalah sosok penyair yang senang bermain dengan kata-kata sampai di dalamnya tersusun dunia yang bermakna. Dia mempunyai keinginan untuk mengajarkan semacam pandangan tertentu melalui sajak-sajaknya seperti berikut ini:
SONET: HEI! JANGAN KAUPATAHKAN
Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu
ia sedang mengembang; bergoyang dahan-dahannya yang tua
yang telah mengenal baik, kau tahu,
segala perubahan cuaca.
Bayangkan: akar-akar yang sabar menyusup dan menjalar
hujan pun turun setiap bumi hampir hangus terbakar
dan mekarlah bunga itu perlahan-lahan
dengan gaib, dari rahim Alam.
Jangan; saksikan saja dengan teliti
bagaimana Matahari memulasnya warna-warni, sambil diam-diam
membunuhnya dengan hati-hati sekali
dalam Kasih sayang, dalam rindu-dendam Alam;
lihat: ia pun terkulai pelahan-lahan
dengan indah sekali, tanpa satu keluhan.
Melalui puisi ini, Sapardi ingin menyampaikan ajaran tentang kaitan erat antara kehidupan dengan kematian sebab keduanya berumber pada zat yang sama. Dia juga ingin mengajarkan agar kita tidak bertindak jahat terhadap kehidupan yang berkembang ''Jangan kau patahkan kuntum bunga itu'', tetapi sebaiknya menikmati dan mengagumi saja ''Jangan; saksikan saja dengan teliti'' proses kehidupan dan kematian dengan penuh kasih.
Rabu, 09 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar